Banjir Enrekang, Warga Sebut Terparah Dalam 15 Tahun Terakhir

ENREKANG- Bencana banjir melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Enrekang, Senin (29/4/2019) pagi.

Tercatat ada dua kecamatan yang terdampam banjir yakni Enrekang dan Cendana.

Di Kecamatan Enrekang wilayah terdampak adalah Desa Tungka, Tallu Bamba, Temban, Desa Buttu Batu, dan terparah di Kota Enrekang.

Dampak banjir juga dirasakan beberapa desa di wilayah Kecamatan Cendana. Umumnya desa yang terdampak itu berada di bantaran sungai Saddang.

Desab tersebut antara lain Desa Pinang, Desa Lebang, Desa Malalin, Desa Pundilemo dan Desa Taulan.

Seluruh wilayah terdampak di dua kecamatan itu adalah daerah bantaran Sungai Saddang dan Mata Allo.

Selain permukiman warga, air juga merendam, sekolah, lahan perkebunan dan peternakan warga.

Salah satu masyarakat Enrekang, Puang Aras, mengatakan banjir yang terjadi kali ini di Kota Enrekang adalah yang terparah dalam 15 tahun terakhir.

Sebab, sebelumnya di tahun 2004 silam, juga pernah terjadi banjir yang lebih parah dari banjir yang terjadi saat ini.

Kala itu, banjir bahkan meneggelamkan puluhan rumah dan gedung sekolah yang ada di Kabupaten Enrekang.

“Ini banjir terparah dalam 15 tahun. Tahun 2004 banjirnya lebih parah dari ini. Setelag itu tak pernah lagi. Baru hari ini ada banjir seperti ini lagi,” kata P. Aras kepada TribunEnrekang.com, Senin (29/4/2019) siang.

Hal senada juga disampaikan oleh Kasi Pencegahan BPBD Enrekang, Eka Pebryanzah. Menurutnya, banjir kali ini adalah terparah dalam sedekade terakhir.

“Iya ini yang terparah dalam kurun waktu 15 tahun terakhir. Sebelumnya biasanya hanya terjadi genangan air di badan jalan, tapi kali ini sudah merengsek ke pemukiman,” ujar Eka.

Ia menjelaskan, faktor penyebab banjir adalah hujan dengan intensites tinggi yang mengguyur wilayah di Enrekang dan Tana Toraja dalam tiga hari terakhir.

Sehingga mengakibatkan, debet air di Sungai Saddang dan Mata Allo terus meningkat, yang membuatnya meluap dan merendam pemukiman warga.

“Ini sebenarnya bisa dibilang banjir kiriman, sebab wilayah Enrekang insensitas hujan tak terlalu besar. Hanya memang di wilayah hulu seperti Tana Toraja hujannya deras jadi debet air sungai bertambah dan akhirnya meluap,” tutur Eka.

Eka menambahkan, faktor buruknya draenase di Kota Enrekang juga makin mempengaruhi besarnya dampak banjir yang terjadi.

Hingga kini, BPBD Enrekang masih melakukan pendataan terkait jumlah rumah yang terdampak dan kerugian yang ditimbulkan bencana banjir kali ini.

(tribunenrekang.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *